www.arabic.web.id

www.arabic.web.id


Hadits Aziz dan Hadits Masyhur – Syarah Al mandzhumah Al Baiquniyyah

Posted: 05 Dec 2010 10:28 PM PST

At Ta'liqat Al Atsariyyah 'ala Al Mandzhumah Al Baiquniyyah adalah salah satu kitab penjelasan (syarah) dari kitab Al Mandzhumah Al Baiquniyyah yang dikarang oleh ulama terkemuka masa kini, Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid Al Halaby. Insya Allah kami akan menerjemahkan kitab ini per pembahasan sampai selesai. Sebaiknya antum membaca dulu terjemah kitab Al Mandzhumah Al Baiquniyyah. Semoga Allah memuliakan ummat islam dengan ilmu..

عَزِيزُ مَرْوِي اثْنَينِ أَوْ ثَلاَثَــهْ * مَشْهُورُ مَرْوِي فَوْقَ مَـا ثَلاَثَهْ

Hadits 'Aziz adalah hadits yang diriwayatkan oleh dua atau tiga orang perawi sedangkan Hadits Masyhur diriwayatkan oleh lebih dari tiga perawi

Aku berkata:"Syaikh Abdussatar ketika mendapati bait ini, beliau berkata":

عَزِيزُ مَرْوِي اثْنَينِ يَا بَحَّاثَه * مَشْهُورُ مَرْوِي عَنِ الثَلاَثَهْ

Hadits 'Aziz adalah hadits yang diriwayatkan oleh dua orang perawi wahai para peneliti.. sedangkan Hadits Masyhur diriwayatkan oleh lebih dari tiga perawi

Hadits 'Aziz[1]: hadits yang diriwayatkan oleh perawinya dari dua orang perawi dalam seluruh tingkatan sanad, dan jumlahnya tidak kurang dari itu.

Contohnya adalah yang disebutkan oleh Al Hafizh Ibnu Hajar dalam "Nuzhatun Nadzhar" (hal. 70 – dengan tahqiq dari ku) di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Anas, dan Bukhari dari hadits Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

"Tidaklah (sempurna) iman salah seorang di antara kamu sampai aku lebih dicintainya daripada orang tuanya, anaknya dan manusia semuanya."[2]

Hadits ini diriwayatkan dari Anas hanya oleh Qatadah dan Abdul Aziz. Kemudian Qatadah meriwayatkannya kepada Syu'bah dan Sa'id[3] dan Abdul Aziz  meriwayatkannya kepada Isma'il bin 'Ulayyah dan Abdul Warits.  Lalu dari masing-masingnya diriwayatkan oleh banyak perawi.

Hadits Masyhur: Hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih dalam seluruh tingkatan sanad namun tidak sampai derajat mutawatir. Hadits ini disebut juga Masyhur Isthilahi.

Contohnya:

Dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا

"Sesungguhnya Allah Ta'ala tidak mencabut ilmu dari para hambanya sekaligus, akan tetapi Dia mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama, sehingga apabila Allah tidak menyisakan seorang pun yang berilmu, maka manusia mengangkat para tokoh yang bodoh, lalu mereka ditanya, sehingga mereka berfatwa dengan tanpa ilmu, dan akhirnya mereka sesat dan menyesatkan."[4]

Hadits ini diriwayatkan dari Ibnu Umar oleh tiga orang atau lebih dalam seluruh tingkatan sanad sebagaimana disebutkan secara rinci di semua sanad-sanadnya.

Lihat "Fathul Bari" (I/195).

Hadits Masyhur Ghairu Ishthilahi: Hadits yang masyhur di kalangan golongan tertentu atau salah satu generasi karena faktor-faktor tertentu, bahkan terkadang suatu hadits masyhur di kalangan manusia namun tidak ada asal usulnya atau tidak ada sanadnya[5]. Masyhur ini terkadang ada yang shahih dan terkadang mutawatir. Contoh masyhur selain masyhur isthilahi adalah[6]:

  1. Masyhur di kalangan Ahli Hadits saja.
  2. Masyhur di kalangan Ahli Hadits, ulama dan masyarakat awam.
  3. Masyhur di kalangan Ahli fiqh.
  4. Masyhur di kalangan Ahli Ushul.
  5. Masyhur di kalangan Ahli Nahwu.
  6. Masyhur di kalangan masyarakat.

[1] Lihat At Tadrib (II/181) dan Ulumul Hadits (hal. 243) oleh Ibnu Shalah

[2] HR. Bukhari (14) dan Muslim (44)

[3] Ada perdebatan dalam masalah ini. Silahkan lihat komentarku pada risalah yang ku buat, An Nukat 'ala Nuzhatin Nadzhar (hal. 70) dan lihat juga Tuhfatul Asyraf (I/305)

[4] HR. Bukhari (100) dan Muslim (2673)

[5] Tadribur Rawi (II/183). Aku memiliki kitab tersendiri tentang hadits-hadits masyhur yang dhaif (pada zaman ini)

[6] Lihat At Taqyid Wal Iidhah (hal. 263-267) oleh Al Hafidz Al 'Iraqiy, At Tadrib (II/157), dan Taudhihul Afkar (II/406) oleh Ash Shan'aniy


Hadits Musalsal – Syarah Al mandzhumah Al Baiquniyyah

Posted: 05 Dec 2010 09:42 PM PST

At Ta'liqat Al Atsariyyah 'ala Al Mandzhumah Al Baiquniyyah adalah salah satu kitab penjelasan (syarah) dari kitab Al Mandzhumah Al Baiquniyyah yang dikarang oleh ulama terkemuka masa kini, Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid Al Halaby. Insya Allah kami akan menerjemahkan kitab ini per pembahasan sampai selesai. Sebaiknya antum membaca dulu terjemah kitab Al Mandzhumah Al Baiquniyyah. Semoga Allah memuliakan ummat islam dengan ilmu..

مُسَلْسَلٌ قُلْ مَا عَلَى وَصْفٍ أَتَى * مِثْلُ أَمَا وَاللـهِ أَنْبَانِي الْفَتَـى

Hadits  Musalsal adalah hadits yang dibawakan dengan menyertakan sifat (yang selalu sama) seperti perkataan perawi "Ketahuilah, Demi Allah telah memberitahuku seorang pemuda"

كَـذَاكَ قَـدْ حَدَّثَنِيهِ قَائِمــا * أَوْ بَعْـدَ أَنْ حَدَّثَنِـي تَبَسَّـما

Begitu juga seperti perkataan "Si Fulan Telah bercerita kepadaku sambil berdiri" atau "setelah bercerita kepadaku, ia tersenyum"

Musalsal[1]: Hadits yang para perawi sanadnya bersamaan dari awal hingga akhirnya dalam mengucapkan, atau dalam mencontohkan keadaan atau dalam melakukan perbuatan.

Dalam mengucapkan, seperti masing-masing mereka bersumpah dengan nama Allah 'Azza wa Jalla.

Dalam mencontohkan keadaan, seperti mernyampaikan hadits sambil berdiri.

Dalam melakukan perbuatan, seperti tersenyum setelah menyampaikan hadits.

Hukum hadits musalsal adalah  diterima apabila memenuhi syarat-syarat untuk diterima.

Ibnu Shalah dalam 'Ulumul Hadits hal. 249 berkata, "Sedikit sekali hadits musalsal itu yang selamat dari kelemahan, maksud saya, dalam menyifati keadaannya, bukan pada matannya."

Aku (Syaikh Ali bin Hasan Al Halabiy)  berkata:"Ini adalah peringatan ringan"

Contoh hadits musalsal:

Dari Mu'adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَا مُعَاذُ وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

"Wahai Mu'adz, demi Allah, sesungguhnya aku mencintaimu. Aku berpesan kepadamu wahai Mu'adz, janganlah kamu tinggalkan mengucapkan di akhir setiap shalat, "Allahuumma a'inniy 'alaa dzikrik wa syukrik wa husni 'ibaadatik." (Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu, untuk bersyukur kepada-Mu dan memperbaiki ibadah kepada-Mu)[2].

Aku berkata: Syaikh Abul Faidh Al Fadaniy berkata kepadaku[3]: Sesungguhnya aku mencintaimu, lalu ia berkata, "Telah menceritakan kepadaku beberapa orang syaikh, yaitu Umar bin Hamdan, Muhammad bin Abdul Baqi Al Laknawi,…dst, dan masing-masingnya berkata kepadaku, "Sesungguhnya aku mencintaimu." Begitupula setiap perawi berkata:"Telah berkata kepadaku si fulan, dan ia berkata kepadaku:"Sesungguhnya aku mencintaimu"… sampai kepada akhirnya.


[1] Lihat Ulumul Hadits (hal. 248), At Tadrib (II/187), Ar Risalah Al Mustatharifah (hal. 61) dan banyak lagi karangan ulama yang membahas masalah hadits musalsal

[2] HR. Ahmad (V/247), Nasa'i (3/53), Abu Dawud (1522) dan Ibnu Khuzaimah (751) dengan sanad yang shahih.

[3] Ketika aku mengunjungi rumah beliau di Makkah Al Mukarramah tanggal 18/5/1406 H. Syaikh Al Fadaniy menyampaikan beberapa hadits musalsal kepadaku. Kemudian ia memberiku beberapa riwayat yang beliau –semoga Allah menrahmati dan mengampuni beliau- miliki. Lihat risalah yang beliau buat, Waraqat fi Majmu'atil Musalsalat (hal. 7)


0 Comments:

Post a Comment