www.arabic.web.id |
- Hadits-Hadits Keutamaan membaca Al Qur’an
- Sunanul Fitrah (Panduan Merawat dan Memelihara Tubuh Sesuai Syariat Islam)
- Dzikir setelah shalat
Hadits-Hadits Keutamaan membaca Al Qur’an Posted: 28 Aug 2010 07:47 PM PDT Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْأُتْرُجَّةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ التَّمْرَةِ لَا رِيحَ لَهَا وَطَعْمُهَا حُلْوٌ وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مَثَلُ الرَّيْحَانَةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ لَيْسَ لَهَا رِيحٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ (البخاري) "Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al Qur'an adalah seperti buah utrujjah aromanya wangi dan rasanyapun enak, sedangkan orang mukmin yang tidak membaca Al Qur'an adalah seperti buah kurma tidak ada wanginya tetapi rasanya manis. Dan orang munafik yang membaca Al Qur'an adalah seperti pohon raihaanah (kemangi) aromanya wangi tetapi rasanya pahit, sedangkan orang munafik yang tidak membaca Al Qur'an adalah seperti pohon hanzhalah tidak ada wanginya dan rasanyapun pahit." (HR. Bukhari) اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ (مسلم) "Bacalah Al Qur'an, karena ia akan datang pada hari kiamat memberikan syafa'at kepada pembacanya." (HR. Muslim) الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ "Orang yang lancar membaca Al Qur'an akan bersama malaikat utusan yang mulia lagi berbakti, sedangkan orang yang membaca Al Qur'an dengan tersendat-sendat lagi berat, maka ia akan mendapatkan dua pahala." (HR. Muslim) مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ "Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka ia akan mendapatkan satu kebaikan dengan huruf itu, dan satu kebaikan itu akan dilipat gandakan menjadi 10. aku tidaklah mengatakan Alif laam miim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan Mim satu huruf." (HR. Tirmidzi) إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ "Sesungguhnya Allah meninggikan suatu kaum karena Al Qur'an ini dan merendahkan juga karenanya." (HR. Muslim) يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِي الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَتَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَأُ بِهَا "Akan dikatakan kepada pembaca Al Qur'an "Bacalah dan naiklah, serta tartilkanlah sebagaimana kamu mentartilkannya ketika di dunia, karena kedudukanmu pada akhir ayat yang kamu baca." (Hasan shahih, diriwayatkan oleh Tirmidzi) « أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنْ يَغْدُوَ كُلَّ يَوْمٍ إِلَى بُطْحَانَ أَوْ إِلَى الْعَقِيقِ فَيَأْتِىَ مِنْهُ بِنَاقَتَيْنِ كَوْمَاوَيْنِ فِى غَيْرِ إِثْمٍ وَلاَ قَطْعِ رَحِمٍ » . فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ نُحِبُّ ذَلِكَ . قَالَ « أَفَلاَ يَغْدُو أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَسْجِدِ فَيَعْلَمَ أَوْ يَقْرَأَ آيَتَيْنِ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ خَيْرٌ لَهُ مِنْ نَاقَتَيْنِ وَثَلاَثٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ ثَلاَثٍ وَأَرْبَعٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَرْبَعٍ وَمِنْ أَعْدَادِهِنَّ مِنَ الإِبِلِ » . "Siapakah di antara kalian yang ingin berangkat pagi setiap hari ke Bathhan atau 'Aqiq pulang-pulang membawa dua unta yang besar punuknya tanpa melakukan dosa dan memutuskan tali silaturrahim?" Para sahabat menjawab, "Wahai Rasulullah, kami suka hal itu." Beliau pun bersabda, "Tidakkah salah seorang di antara kamu pergi ke masjid, lalu ia belajar atau membaca dua ayat Al Qur'an, maka hal itu lebih baik daripada dua unta, tiga ayat lebih baik daripada tiga unta, empat ayat lebih baik daripada empat unta dan jika lebih maka lebih baik pula dari sejumlah unta." (HR. Muslim) Ditulis oleh Marwan bin Musa, Disebarluaskan melalui www.arabic.web.id |
Sunanul Fitrah (Panduan Merawat dan Memelihara Tubuh Sesuai Syariat Islam) Posted: 28 Aug 2010 07:37 PM PDT Allah Subhaanahu wa Ta’aala telah memilihkan untuk para nabi beberapa sunnah dan memerintahkan umatnya untuk mengikutinya serta menjadikannya sebagai syi’ar yang membedakan mereka dengan selain mereka. Sunnah-sunnah itu dinamakan Sunanul Fitrah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: « عَشْرٌ مِنَ الْفِطْرَةِ قَصُّ الشَّارِبِ وَإِعْفَاءُ اللِّحْيَةِ وَالسِّوَاكُ وَاسْتِنْشَاقُ الْمَاءِ وَقَصُّ الأَظْفَارِ وَغَسْلُ الْبَرَاجِمِ وَنَتْفُ الإِبْطِ وَحَلْقُ الْعَانَةِ وَانْتِقَاصُ الْمَاءِ » . قَالَ زَكَرِيَّاءُ قَالَ مُصْعَبٌ وَنَسِيتُ الْعَاشِرَةَ إِلاَّ أَنْ تَكُونَ الْمَضْمَضَةَ “Ada 10 sunnah yang termasuk fitrah (yakni sunanul fitrah), yaitu: mencukur kumis, membiarkan janggut, bersiwak, menghirup air ke hidung, memotong kuku, mencuci lipatan jari, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan dan beristinja’.” Zakariyya salah seorang perawi hadits tersebut berkata, “Saya lupa yang kesepuluhnya, namun kalau tidak salah adalah berkumur-kumur.” (HR. Muslim) خَمْسٌ مِنَ الْفِطْرَة ِالْخِتَانُ ، وَالاِسْتِحْدَادُ ، وَنَتْفُ الإِبْطِ ، وَتَقْلِيمُ الأَظْفَارِ ، وَقَصُّ الشَّارِبِ » “Ada lima hal yang termasuk fitrah (sunanul fitrah), yaitu: khitan, istihdaad, mencabut bulu ketiak, memotong kuku dan mencukur kumis.” (HR. Bukhari) Hadits ini dan lainnya menunjukkan perhatian Islam terhadap kebersihan jasmani di samping rohani. Penjelasan tentang Sunanul Fitrah: 1. Khitan أَلْقِ عَنْكَ شَعْرَ الْكُفْرِ وَاخْتَتِنْ “Hilangkanlah rambut kekufuran dan berkhitanlah.” (Hasan, diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Baihaqi) اِخْفِضِيْ وَلاَ تُنْهِكِيْ فَإِنَّهُ أَنْضَرُ لِلْوَجْهِ وَاحْظَى لِلزَّوْجِ “Rendahkanlah dan jangan terlalu naik, karena hal itu dapat mencemerlangkan wajah dan menguntungkan suami.” (HR. Abu Dawud dan lain-lain) Khitan merupakan sunnah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: اخْتَتَنَ إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّلَام وَهُوَ ابْنُ ثَمَانِينَ سَنَةً بِالْقَدُّومِ “Nabi Ibrahim ‘alaihis salam berkhitan ketika berusia 80 tahun dengan menggunakan qaddum.” (HR. Bukhari) 2. Mencukur bulu kemaluan dan mencabut bulu ketiak 3. Memotong kuku 4. Mencukur kumis خَالِفُوا الْمُشْرِكِيْنَ، وَوَفِّرُوا اللِّحَى، وَأَحْفُوا الشَّوَارِبَ “Selisihilah orang-orang musyrikin, lebatkanlah janggut dan cukurlah kumis.” (HR. Bukhari dan Muslim) مَنْ لَمْ يَأْخُذْ مِنْ شَارِبِهِ، فَلَيْسَ مِنَّا “Barang siapa yang tidak mencukur kumisnya, maka ia tidak termasuk orang yang menempuh jalan kami.” (HR. Ahmad, Nasai’, Tirmidzi dan ia menshahihkannya) Dalam mencukur kumis dibolehkan mencabut habis maupun meratakan. Ibnu Qudaamah dalam Al Mughniy berkata, “Seseorang diberi pilihan antara mencabut habis maupun hanya memotong tanpa menghabiskan (meratakan).” جُزُّوا الشَّوَارِبَ وَأَرْخُوا اللِّحَى خَالِفُوا الْمَجُوسَ “Ratakanlah kumis dan lebatkanlah janggut, selisihilah orang-orang Majusi.” (HR. Muslim) وَقَّتَ لَنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي قَصِّ الشَّارِبِ ، وَتَقْلِيْمِ الْاَظَافِرِ ، وَنَتْفِ اْلاِبْطِ ، وَحَلْقِ الْعَانَةِ ، أَلَّا يُتْرَكَ أَكْثَرُ مِنْ أَرْبَعِيْنَ لَيْلَةً “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi waktu kepada kami dalam mencukur kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketiak dan mencukur bulu kemaluan agar tidak lebih dari 40 hari.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan lain-lain) 5. Membiarkan janggut 6. Ikraamusy sya’r (memelihara rambut) مَنْ كَانَ لَهُ شَعْرٌ فَلْيُكْرِمْهُ “Barang siapa yang memiliki rambut, maka hendaknya ia pelihara.” (HR. Abu Dawud) أَتَانَا رَسُوْلُ اللّهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَأَى رَجُلاً شَعِثاً قَدْ تَفَرَّقَ شَعْرُهُ فَقَالَ: “أَمَا كَانَ يَجِدُ مَا يُسَكِّنُ بِهِ شَعْرَهُ؟” وَرَأَى رَجُلاً آخَرَ وَعَلَيْهِ ثِيَابٌ وَسِخَةٌ فَقَالَ: “أَمَا كَانَ هَذَا يَجِدُ مَاءً يَغْسِلُ بِهِ ثَوْبَهُ؟”. “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah datang kepada kami, lalu dilihatnya ada seorang yang berambut kusut dan tidak tertata, maka Beliau bersabda, “Apakah ia tidak memiliki sesuatu yang digunakan untuk menata rambutnya?” pernah juga dilihatnya seseorang mengenakan pakaian kotor, maka Beliau bersabda, “Apakah orang ini tidak memperoleh air untuk mencuci bajunya?” (HR. Abu Dawud) نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ التَّرَجُّلِ إِلَّا غِبًّا “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang terlalu sering menyisir kecuali jika jarang-jarang.” (HR. Nasa’i) لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُتَشَبِّهَاتِ بِالرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْمُتَشَبِّهِينَ بِالنِّسَاءِ مِنَ الرِّجَالِ “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat wanita yang menyerupai laki-laki dan laki-laki yang menyerupai wanita.” (HR. Tirmidzi, ia berkata: “Hadits hasan shahih”) كَانَ شَعْرُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوْقَ الْوَفْرَةِ وَدُونَ الْجُمَّةِ “Rambut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi wafrah, namun tidak sampai jammah.” (HR. Abu Dawud) نَهَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْقَزَعِ “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang qaza’.” 7. Membiarkan uban tumbuh baik di janggut maupun di kepala. لاَ تَنْتِفِ الشَّيْبَ فَإِنَّهُ نُوْرُ الْمُسْلِمِ ، مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَشِيْبُ شَيْبَةً فِي الْاِسْلاَمِ إِلَّا كَتَبَ اللهُ لَهُ بِهَا حَسَنَةً ، وَرَفَعَهُ بِهَا دَرَجَةً ، وَحَطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيْئَةٌ “Janganlah kamu mencabut uban, karena ia merupakan cahaya seorang muslim. Tidak ada satu pun muslim yang tumbuh uban di masa Islam kecuali Allah akan mencatat untuknya satu kebaikan, meninggikan satu derajat dan menggugurkan satu kesalahan.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah) إِنَّ الْيَهُوْدَ وَالنَّصَارَى لاَ يَصْبِغُوْنَ فَخَالِفُوْهُمْ “Sesungguhnya orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak mencelup/mewarnai (uban), maka selisihilah mereka.” (HR. Jama’ah) إِنَّ أَحْسَنَ مَا غَيَّرْتُمْ بِهِ هَذَا الشَّيْبَ الْحِنَاءُ وَالْكَتْمُ “Sesungguhnya alat terbaik yang dapat kamu gunakan untuk merubah warna uban ini adalah inai dan katam.” (Shahih, HR. Lima orang) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda: يكون قَوْمٌ يَخْضِبُونَ في آخِرِ الزَّمَانِ بِالسَّوَادِ كَحَوَاصِلِ الْحَمَامِ لَا يَرِيحُونَ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ “Akan ada di akhir zaman orang-orang yang akan mewarnai dengan warna hitam seperti tembolok merpati, mereka itu tidak mencium baunya surga.” (Shahih, HR. Abu Dawud dan Nasa’i) 9. Memakai minyak wangi, baik kesturi maupun lainnya. مَنْ عُرِضَ عَلَيْهَ طِيْبٌ فَلاَ يَرُدَّهُ ، فَإِنَّهُ خَفِيْفُ الْمَحْمَلِ طَيِّبُ الرَّائِحَةِ “Barangsiapa yang ditawarkan minyak wangi, maka janganlah menolak, karena ia mudah dibawa dan baunya wangi.” (HR. Muslim, Nasa’i dan Abu Dawud) 10. Bersiwak Ditulis oleh Marwan bin Musa, Disebarluaskan melalui www.arabic.web.id |
Posted: 28 Aug 2010 06:56 PM PDT Setelah shalat kita dianjurkan berdzikr. Demikianlah yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun sangat disayangkan, masih ada saudara kita kaum muslimin dalam hal ini yang meremehkannya atau melampaui batas. Meremehkan di sini adalah dengan biasa meninggalkannya atau meninggalkannya secara keseluruhan (tanpa membacanya) meskipun sedikit. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: « لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا » . "Janganlah sekali-kali kamu meremehkan perkara yang ma'ruf." (HR. Ahmad, Muslim dan Tirmidzi) Sedangkan melampaui batas, maksudnya adalah membaca dzikr setelah shalat namun tidak sesuai yang dibaca atau diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga mereka terjatuh ke dalam bid'ah (sesuatu yang diada-adakan), padahal syarat diterimanya ibadah adalah harus sesuai dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di samping niat yang ikhlas. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ اَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ "Barang siapa yang mengerjakan amalan (ibadah) yang tidak kami perintahkan, maka amalan itu tertolak." [HR. Muslim] Kita dapat menyaksikan dzikr yang bermacam-macam yang dilakukan kaum muslimin. Jika kita mendatangi satu daerah, kita temukan dzikr mereka seperti ini, kemudian kita datangi daerah yang lain, dzikr mereka seperti itu, padahal Nabi umat ini hanya satu, tetapi anehnya bacaannya bisa beraneka macam dalam jumlah yang banyak. Seharusnya, karena Nabinya hanya satu, yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam; rasul terakhir, maka perbedaannya tidak begitu banyak; tidak seperti yang kita lihat. Ini menunjukkan bahwa bid'ah dapat memecah belah kaum muslimin. Dalam risalah ini, insya Allah, kami sebutkan dzikr yang sesuai dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meskipun masih ada lagi dzikr yang datang dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selain yang disebutkan di bawah ini. Silahkan klik Download pada layar di atas untuk mengunduh nya. |
You are subscribed to email updates from Arabic and Online Islamic Center To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |