Bahasa Arab Online |
- Muslim Nampak Miskin, Kafir Hidup Kaya
- Dakwahi Pula Saudara dan Kerabat Dekat
- Program Bahasa Arab Reguler Semester Genap Ma’had ‘Umar bin Khattab Yogyakarta
Muslim Nampak Miskin, Kafir Hidup Kaya Posted: 16 Feb 2013 10:00 PM PST Mungkin pernah terbetik di dalam benak kita, kenapa kita yang seorang muslim, hidupnya jauh lebih sengsara, ketimbang mereka yang hidup di dalam kekafiran. Padahal seorang muslim hidup di atas keta'atan menyembah Allah ta'ala, sedangkan orang kafir hidup di atas kekufuran kepada Allah. Wahai saudaraku seiman, janganlah heran dengan fenomena ini. Karena seorang shahabat Nabi yang mulia pun terheran sambil menangis. Beliau adalah 'Umar bin Al-Khattab radhiyallahu 'anhu. Berikut ini kami nukilkan kisah 'Umar yang termuat dalam kitab Tafsir Surat Yasin karya Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah. Suatu hari 'Umar mendatangi rumah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan beliau sedang tidur di atas dipan yang terbuat dari serat, sehingga terbentuklah bekas dipan tersebut di lambung beliau. Tatkala 'Umar melihat hal itu, maka ia pun menangis. Nabi yang melihat 'Umar menangis kemudian bertanya, "Apa yang engkau tangisi wahai 'Umar?" 'Umar menjawab, "Sesungguhnya bangsa Persia dan Roma diberikan nikmat dengan nikmat dunia yang sangat banyak, sedangkan engkau dalam keadaan seperti ini?" Nabi pun berkata, "Wahai 'Umar, sesungguhnya mereka adalah kaum yang Allah segerakan kenikmatan di kehidupan dunia mereka."[1] Di dalam hadits ini menunjukkan bahwa orang-orang kafir disegerakan nikmatnya oleh Allah di dunia, dan boleh jadi itu adalah istidraj[2] dari Allah. Namun apabila mereka mati kelak, sungguh adzab yang Allah berikan sangatlah pedih. Dan adzab itu semakin bertambah tatkala mereka terus berada di dalam kedurhakaan kepada Allah ta'ala. Maka saudaraku di jalan Allah, sungguh Allah telah memberikan kenikmatan yang banyak kepada kita, dan kita lupa akan hal itu, kenikmatan itu adalah kenikmatan Islam dan Iman. Dimana hal ini yang membedakan kita semua dengan orang kafir. Sungguh kenikmatan di dunia, tidaklah bernilai secuil pun dibanding kenikmatan di akhirat. Mari kita bandingkan antara dunia dan akhirat, dengan membaca sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Demi Allah! Tidaklah dunia itu dibandingkan dengan akhirat, kecuali seperti salah seorang dari kalian yang mencelupkan jarinya ke lautan. Maka perhatikanlah jari tersebut kembali membawa apa?" (HR. Muslim) Lihatlah kawanku, dunia itu jika dibandingkan dengan akhirat hanya Nabi misalkan dengan seseorang yang mencelupkan jarinya ke lautan, kemudian ia menarik jarinya. Perhatikanlah, apa yang ia dapatkan dari celupan tersebut. Jari yang begitu kecil dibandingkan dengan lautan yang begitu luas, mungkin hanya beberapa tetes saja. Hadits di atas juga menunjukkan bahwa perhatiannya 'Umar kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau tidak tega, hingga menangis melihat kondisi Nabi yang terlihat susah, sedangkan orang-orang kafir hidup di dalam kenikmatan dunia. Sebagai penutup tulisan ini, akan saya petikkan kisah seorang hakim dari Mesir, beliau adalah Al-Hafizh Ibnu Hajr. Suatu hari Ibnu Hajr melewati seorang Yahudi yang menjual minyak zaitun, yang berpakaian kotor, dan Ibnu Hajr sedang menaiki kereta yang ditarik oleh kuda-kuda, yang dikawal oleh para penjaga di sisi kanan dan kiri kereta. Kemudian Yahudi tersebut menghentikan kereta beliau dan berkata, "Sesungguhnya Nabi kalian telah bersabda, 'Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan Surga bagi orang kafir'[3] Engkau adalah Hakim Agung Mesir. Engkau dengan rombongan pengawal seperti ini, penuh dengan kenikmatan, sementara aku di dalam penderitaan dan kesengsaraan." Ibnu Hajr rahimahullah menjawab, "Aku dengan nikmat dan kemewahan yang aku rasakan ini dibandingkan dengan kenikmatan di Surga adalah penjara. Ada pun engkau dengan kesengsaraan yang engkau rasakan, dibandingkan dengan adzab yang akan engkau rasakan di Neraka dalah Surga." Orang Yahudi itu lalu berkata, "Aku bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah." Masuk Islam lah orang Yahudi tersebut. — Penulis: Wiwit Hardi Priyanto Artikel Muslim.Or.Id |
Dakwahi Pula Saudara dan Kerabat Dekat Posted: 16 Feb 2013 08:00 PM PST Berdakwah kemana-mana merupakan amal shalih yang luar biasa dan semoga mendapatkan ganjaran pahala atas itu Berdakwah diterima orang banyak adalah anugerah dari Allah Ta'ala, semoga dapat mensyukuri akan hal itu. Mendakwahi kaum muslim agar jauh deri kesyirikan dan bid’ah serta dosa lainnya adalah amalan agung, semoga juga tidak membiarkan kerabat dekat bergelimang dosa dengan kesyirikan atau perbuatan bid'ah atau tidak shalat dan dosa lainnya. Jangan pernah lupakan … Kakek nenekmu, Bapak ibumu, adik kakakmu, anak istrimu, paman bibimu, keponakan dan para kerabat dekatmu lainnya, mereka lebih berhak mendapatkan dakwah, bimbingan dan nasehatmu. Sauadaraku seiman … Perhatikan beberapa ayat dan hadits mulia berikut: {وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ } [الشعراء: 214] Artinya: "Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat." (QS. Asy Syu'ara: 214). {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا } [التحريم: 6] Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ لَمَّا نَزَلَتْ (وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأَقْرَبِينَ) قَامَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَلَى الصَّفَا فَقَالَ « يَا فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ يَا صَفِيَّةُ بِنْتَ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ يَا بَنِى عَبْدِ الْمُطَّلِبِ لاَ أَمْلِكُ لَكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا سَلُونِى مِنْ مَالِى مَا شِئْتُمْ ». Artinya: "Aisyah radhiyallahu 'anha berkata ketika turun ayat: (وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأَقْرَبِينَ) "Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdiri di bukit Shafa dan bersabda:, Wahai Fathimah bintu Muhammad, wahai Shafiyyah Bintu Abdul Muthallib, wahai keturunan Abdul Muthallib, aku tidak memliki untuk kalian dari Allah seiitpun, mintalah kepadaku dari hartaku sekehendak kalian." HR. Muslim Semoga menjadi motivasi agar semakin memperhatikan kerabat dekat dalam berdakwah. Dan semoga setelah ini, sebagaimana seorang berdakwah mempersiapkan materi dakwahnya, mengulangi pelajarannya untuk berdakwah, menghafalkan ayat suci Al Quran dan hadits yang digunakan untuk berdakwah, meluangkan waktu mendatangi orang yang akan di dakwahi, meenjawab pertanyaan dari orang-orang yang didakwahi, maka semoga ia lakukan itu juga untuk saudara dan para kerabat terdekatnya, BAHKAN SEHARUSNYA HARUS LEBIH, KARENA MEREKA MEMPUNYAI DUA HUBUNGAN SEKALIGUS KEKERABATAN DARAH DAN PERSAUDARAAN ISLAM. — Penulis: Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc Artikel Muslim.Or.Id
|
Program Bahasa Arab Reguler Semester Genap Ma’had ‘Umar bin Khattab Yogyakarta Posted: 16 Feb 2013 07:38 PM PST Siapa Bilang Belajar Bahasa Al-Quran itu Susah? PENDAFTARAN DIBUKA: Biaya: Rp. 150.000,00 (belum termasuk kitab) Info Kegiatan Belajar Mengajar Masa Belajar: Pilihan Kelas putra & putri Kitab Panduan: Pendaftaran Via SMS [Ketik] [Contoh] [Kirim ke] Daftar Langsung Daftar Ulang & Briefing NB: Wajib bagi semua calon santri menggetahui pembagian kelas, pengajar, dan tempat belajar. Placement Test NB: Tes penempatan kelas ini WAJIB bagi pendaftar kelas menengah, lanjutan, dan percakapan jilid 2. |
You are subscribed to email updates from Muslim.Or.Id - Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |